Kring..kring..bunyi alarm jam menunjukkan pukul 4 pagi mengagetkan saya yang masih sibuk di depan laptop. Tanpa pikir panjang saya langsung bergegas mandi dan selesai sholat subuh saya lansung diantar Papa menuju Stasiun Pondok Ranji untuk mengejar kereta pertama menuju Tanah Abang. Suasana Stasiun masih sangat sepi hanya ada 3 orang yang berada dijalur peron 2 dan ditemani dinginnya subuh. Alhamdulillah.. tanpa menunggu waktu lama akhirnya kereta datang.
Rasa kantuk tak tertahankan karena malam tadi saya tidak tidur karena harus menyelesaikan pekerjaan yang tidak bisa ditunda saya tuntaskan didalam kereta menuju tanah abang. Alhamdulillah jam setengah 6 kurang sudah sampai Stasiun Tanah Abang. Duduk di samping tangga sambil menunggu kereta menuju Bogor disertai harapan cemas karena sudah 1 jam lebih kereta tak kunjung datang. Iya, hati saya cemas karena kita akan meeting point di Stasiun Bogor jam 07:00 wib.
Sesekali melihat jam di smartphone dan obrolan group whatapps, satu persatu teman sudah sampai disana dan akhirnya jam 7 kurang 15 menit kereta menuju Bogor pun tiba. Ini kali pertama saya menuju Stasiun Bogor, bagaimana bentuknya atau kondisi Stasiun saya pun belum tahu, Bismillah saja yang pasti karena saya punya niat baik menuju kesana untuk belajar mengenai Travel Photography dan Travel blog workshop bersama kak Raiyani dan Donna Imelda.
Mata masih terasa berat sekali didalam kereta namun tidak bisa tidur karena dihampiri rasa tidak enak kepada teman-teman yang sudah menunggu disana. Pun saya bilang ke mba Donna kalau saya ditinggal saja dan nanti akan menyusul pakai ojek online namun mba Donna bilang, nanti kita tunggu ,, ahh rasanya makin tak enak hati.
Akhirnya sekitar pukul 08:00 lewat saya sampai disana, kloter 1 dan 2 yang lain sudah lebih dulu jalan menuju Kampung Budaya Sindangbarang. Alhamdulillah terimakasih sekali kepada mas Salman, kang Aip, mba Astari dan Kak Aya setia menunggu saya untuk berangkat bareng kesana. Duh,,, bener deh ga enak hati banget tapi di satu sisi Alhamdulillah karena kalau tidak ada mereka saya seperti anak hilang dan baru kali ini menginjak kota Bogor sendiri.
Untuk menuju kesana kami semua naik taksi online dengan menempuh waktu sekitar 1 jam lah kalau tidak salah. Sungguh penuh perjuangan menuju kesana, kita harus naik turun bukit gitu, meski jalannya tidak mulus-mulus banget tapi saya menikmati sepanjang perjalanan dimana saya banyak hamparan sawah dan pepohonan yang tentunya tidak saya dapatkan di Jakarta.
Alhamdulillah setelah memakan waktu sekitar 1 jam kita semua sampai, Mobil yang kita kendarai tidak dapat masuk sampai Kampung Budaya Sindang Barang, jadi sampai jalan besar saja dan dilanjut dengan berjalan kaki menuju kesana.
Sesampainya di Kampung Budaya Sindang Barang kita semua disambut oleh sekelompok Ibu-ibu pemain angklung dengan kostum yang khas Sunda, atmosfer Budaya sunda sudah mulai terasa saat memasuki Kampung Budaya, disana saya melihat rumah-rumah panggung yang beratap daun injuk , rumah ini biasa untuk menaruh Padi yang selesai di panen. Sebelum mengenai lebih jauh lagi tentang Kampung Budaya Sindang barang kita semua mendengarkan Workshop Photography.
"Kamera yang terbaik adalah kamera yang kita miliki ", Raiyani.
Kalimat diatas diulang-ulang oleh Uni Rai, biasa saya memanggil kak Raiyani. Kalimat tersebut seakan mengobati rasa kecewa saya karena beberapa waktu lalu membeli kamera yang salah, iya saya membeli kamera dengan harga 2 jt lebih dari pasarannya. Saya berkali-kali untuk memantapkan diri ya,, saya harus mencintai dan mengenal kamera yang saya beli beberapa waktu lalu.
Saya membeli kamera ini bukan tanpa alasan karena saya ingin blog saya menampilkan foto-foto yang berkualitas dan ini lah salah satu alasan saya kenapa mengikuti acara yang diadakan ID Corners ini. Jujur saja saya masih buta banget mengenai Photography dan disini lah saya mulai belajar mengenai hal ini dan berusaha mengupgrade diri agar lebih baik menyajikan foto-foto untuk pembaca blog saya. Tak hanya itu saya sebagai pekerja yang mengandalkan sosial media saya juga tentunya harus menyajikan foto disana juga .
Menurut Uni Rai, saat ini banyak orang menulis blog dengan tulisan yang baik namun foto-foto didalam blog tampak standar dan monoton sekali. Padahal hanya dalam satu objek pun kita bisa mendapatkan foto yang baik jika pintar memilih angel yang tepat.
Saat ini banyak juga yang memilih kamera Miroless dimana beratnya itu lebih ringan tidak seberat DSLR. Nah kamera miroless ini dipilih karena menyajikan kemudahan bagi si empunya karena saat ini banyak yang sudah touchscreen , terkoneksi dengan wifi dan masih banyak lagi. Lalu kenapa banyak peminatnya yaitu layarnya bisa buat selfie dan membuat vlog dengan mudah , kenapa miroless ini banyak digandrungi saat ini.
Saat memberikan pemaparan Uni Rai juga memberikan contoh-contoh hasil jepretan beliau saat di Papua. Melihat hasil jepretannya saya takjub banget karena ya bagus semua dan hasil gambar yang bagus itu ternyata ada banyak pengambilan angel yang tak mudah lho. Nah disini saya baru tahu juga nih kalau untuk angel pengambilan foto itu ada 3 yaitu, high angel ( pengambilan foto dari atas), Eye level angel ( sejajar mata kita ) dan low angel ( pengambilan foto dari bawah).
Untuk menghasilkan foto yang bagus itu tak hanya ditentukan dari pengambilan angel tapi juga The Exposure Triangle ( ISO, Aperture dan Shutter Speed).
- Aperture / F atau bukaan lensa adalah ukuran seberapa besar atau kecil terbukanya iris/diafragma lensa yang diukur dengan f-number.
- ISO adalah ukuran tingkat sensitifitas sensor kamera terhadap cahaya, semakin tinggi ISO maka semakin sensitif sensor kamera terhadap cahaya.
- Shutter Speed adalah ukuran kecepatan buka tutup jendela sensor atau selama apa sensor menerima cahaya.
Kombinasi dari The Triangle Eksposure digunakan untuk menghasilkan gambar yang kreatif dengan eksposure yang benar. Ilmu yang Uni Rai sharing ini merupakan hal yang baru bagi saya, awalnya tidak paham namun setelah mendengar penjelasan saya sedikit paham mengenai hal ini.
Dan ada yang baru saya tahu juga nih kalau ternyata flash pada kamera itu tidak hanya digunakan saat minim cahaya saja tapi flash ini berguna juga di siang hari bahkan saat matahari berada diatas kepala kita. Kalau penggunaaan flash saat siang hari itu jika objek yang kita akan foto itu berwarna gelap.
Selanjutnya yaitu Mba Donna Imelda yang membahas mengenai Bagaimana sih menulis travel story itu?.
" Travel Writer adalah seorang penulis, jurnalis, sekaligus fotografer yang mampu mendedikasikan kemampuannya untu mengungkap cerita-cerita tentang esensi sebuah perjalanan" Yudasmono Travel Writer.
Menurut mba Donna menjadi Travel writer itu tidak menuntuk kita menjadi pejalan yang hebat namun pejalan yang hebat sekalipun harus belajar tentang konsep menulis yang baik. sebelum menulis hendaknya ada beberapa hal yang perlu kita lakukan dulu misalnya melakukan riset tempat tujuan kita , lalu pengambilan angel sebuah cerita yang akan kita tuangkan, melihat suatu keunikan selama traveling , korespondensi dengan pihak yang berkepentingan juga bisa lho dimasukan kedalam cerita kita.
Saat traveling juga kita harus bisa menikmati sebuah perjalanan pokoknya optimalkan semua indra kita mulai dari mata hidung, tangan , kaki dan lainnya. Kita harus memperhatikan hal-hal disekitar kita mulai dari berinteraksi , eksplorasi dan berbaur lah dengan masyarakat lokal.
Untuk menulis tentang traveling atau sebuah perjalanan ada barang yang wajib dibawa yaitu ponsel dan kamera , optimalkan itu semua sebagai alat dokumentasi dan juga menjadi sumber informasi . Mba Donna menjelaskan juga mengenai struktur dari penulisan muali dari judul, paragraf pembuka , badan tulisan dan penutup.
Mendengar semua pemaparan mba Donna saya kembali mengoreksi tulisan saya dimana masih acak adul hehe dan banyak typo. Dan setelah mendapatkan insight dari mba Donna tentang menulis dan Uni Rai tentang photography rasanya tidak afdol kalau ke Kampung Budaya Sindang Barang kita menuangkan ilmu yang sdudah diberikan oleh narasumber.
Untuk mengabadikan Kampung Sindang Barang dan perjalanan selanjutnya alhamdulillah kita dipinjamkan kamera Fuji Film dan kebetulan saya mendapat Fuji Film XT100.
Kampung Budaya Sindang Barang
Happy banget karean dipinjami kamera Fuji Film XT-100 dan dengan ini saya tidak akan sia-siakan memanfaatkan kamera ini. Oke,, jadi Kampung Budaya Sindang Barang terbuka untuk umum, sekedar saran juga kalau bisa kesini itu saat weekend dan romnongan karena akan ada banyak penampilan yang disajikan untuk pengunjung, seperti saat saya kemarin bersama ID Corners.
- Seniman Angklung Gubrag
Seniman Angklung Gubrag yang terdiri dari para wanita paruh baya dengan pakaian khas pemain angklung ini menghibur kita semua dan merekalah yang menyambut saat kita masuk tadi. Angklung yang merupakan alat kesenian khas sunda yang terbuat dari bambu ini dimainkan oleh mereka. Selama bermain para pemain tidak pernah lepas senyumannya, aahh terhibur sekali rasanya melihat mereka bermain.
- Rampak Gendang
Rampak Gendang ini dimainkan oleh 3 orang puteri dimana ada gendang-gendang besar yang mereka tabuh sambil menari. Rampak gendang merupakan kesenian khas Sunda yang memiliki arti Rampak (serempak/ kompak) dan Kendang ( instrumen gamelan ). Ketiga puteri tersebut sangat kompak menari sekaligus menabuh kendangnya.
- Barudak Kaulinan
Barudak kalulinan yang artinya itu permainan anak-anak. Nah disini banyak sekali anak-anak yang masih kecil dengan berpakaian kebaya main bersama. Mereka bermail ular naga panjang kalau di sunda sendiri lebih dikenal dengan oray-orayan (ular-ularan) .
Mereka tidak hanya bermain tapi menari bersama yang diiringi lagu-lagu sunda,, duhh ga kuat rasanya , jadi kangen kampung halaman yang sudah 1 tahun lebih tidak kesana.
- Tari Jaipong
Tari Jaipong, tarian khas Jawa Barat ini dilakukan oleh dua orang puteri remaja lengkap dengan pakaian khas Jaipongan. mereka lihai sekali menari dan dan terus tersenyum. Lagu yang dimainkan saat itu yaitu Ketuk Tilu ( ketuk 3) yang sangat terkenal. Dan tahu ga sih kalau lagu ini adalah lagu yang biasa dimainkan saat jaipongan , jadi inget dulu waktu tinggal di Tasikmalaya dimana setiap acara pernikahan atau sunatan pasti ada jaipongan ini dan saya pun ikut ngibing ( menari) hehe.
- Silat
Setelah tari jaipong kita semua disuguhkan atraksi silat yang ditampilkan beberapa pemuda. Lengkap dengan baju silat mereka menunjukkan berbagai jurus dan sangat kompak sekali. Selama mereka silat lagu-lagu khas Sunda pun digaungkan.
- Tari Merak
Nah ini dia Tari Merak yang merupakan kesenian tradisional Jawa Barat. Tari merak kemarin ditampikan oleh dua orang puteri lengakp dengan pakaian tarian merak. Saat mereka menari saya yang sedang asyik beroto-foto langsung teringat masa kecil saya dimana saya juga pernah menari Tari merak ini pada beberapa pentas seni.
Iya ssaya selalu merasa kalau saat menari tari Merak ini saya merasa cantik. Ada beberapa adegan tari yang mengangkat tangan, hal ini bagai burung merak yang melebarkan bulunya,, yups saat itulah saya merasa cantik.
- Rampag Parebut Seeng
Terakhir adalah rampag parebut seeng. Seeng sendiri merupakan dandang untuk memasak nasi dan inget banget alm. Nenek dulu , saat produksi ranginang (makanan khas Sunda) selalu memakai seeng ini. Dan rampag parebut seeng ini juga selalu dipentaskan dalam berbagai acara tradisional masyarakat Sunda, seperti pada pernikahan adat dan khitanan.
Melihat semua penampilan yang disajikan saya jadi mengingat-ngingat masa kecil saya dulu saat tinggal di Tasikmalaya. Rindu masa kecil dan kampung halaman tertumpah disana. Saat ini memang belum bisa pulang kampung karena satu dan lain hal namun dengan penampilan tarian tradisional Sunda itu sedikit mengobati rindu saya akan kampung halaman.
Karena penasaran juga akhirnya saya sempatkan mengobrol dengan pak Ukat selaku pendiri Kampung Budaya Sindang Barang dengan bahasa sunda campur dengan bahasa Indonesia yang kira-kira diartikan itu seperti ini. Menurut pak Ukat ,Menurut sejarahnya Kampung Sindang Barang sudah ada sejak abad ke XII dan terpapar dalam Babad Pajajaran, jadi dari jaman baheula kampung ini sudah ada. Lankjutnya bahwa kakek buyut pak Ukat berpesan bahwa dirinya harus turut melestarikan budaya sunda karena suatu saat Kampung Sindang Barang ini akan keangkat ( dikenal) banyak orang.
Pak Ukat lah yang mengelola kampung budaya ini, masyarakat luar bisa kok menginap disini karena di Kampung Budaya Sindang Barang sendiri ada beberapa rumah penginapan. Untuk penginapannya sendiri itu ada listriknya lho namun tanpa AC dan menurut saya ga perlu juga sih AC karena udara disana juga dingin.
Toilet disana juga ada 3 pintu dan airnya itu dari pegunungan lho jadi jangan heran kalau kena kulit langsung dingin sampai ke kaki hehe. Sarana beribadah juga ada yaitu mushola. Nah kalau kamu ingin menginap dan menyaksikan semua hiburan khas budaya sunda bisa datang saja ke Kampung Budaya Sindang Barang di Desa Pasir Eurih Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor.
Selepas puas ekplore dan menikmati Kampung Budaya Sindang Barang kiat semua mengunjungi Rumah Sutera yang merupakan wisata edukasi melihat proses pembuatan kain sutera yang akan saya tulis di tulisan lainnya.
Dari Kampung Sindang Barang sampai ke Rumah Sutera saya masih mengabadikan itu semua dengan kamera Fuji Film X-T100. Melihat hasil foto-foto dari kamera Fuji Film sungguh sangat puas .
Ini kali pertama saya mencoba kamera Fuji Film. DIlihat dari bodynya sangat ringkas dan mudah dibawa saat traveling atau kemanapun, ada jendela bidik elektronik juga. Untuk layar sudah touchscreen dan fleksible jadi bisa buat selfie maupun bikin vlog. Pokoknya kamera idaman banget deh dan yang terpenting pengoperasiannya juga sangat mudah.
Ini kali pertama saya mencoba kamera Fuji Film. DIlihat dari bodynya sangat ringkas dan mudah dibawa saat traveling atau kemanapun, ada jendela bidik elektronik juga. Untuk layar sudah touchscreen dan fleksible jadi bisa buat selfie maupun bikin vlog. Pokoknya kamera idaman banget deh dan yang terpenting pengoperasiannya juga sangat mudah.
Alhamdulillah, saya berterima kasih sekali kepada ID Corners yang mengadakan acara yang luar biasa sekali dimana saya bisa belajar mengenai hal baru yaitu photography tak hanya mendapatkan pengalaman yang baru saja tapi juga saya mendapatkan teman baru yang asyik banget hehe. Untuk Fuji Film terima kasih banyak karena saya berkesempatan mencoba salah satu kamera Fuji Film dan langsung jatuh cinta.
Jadi mbak amel itu belum sempat tidur...
BalasHapustapi cerah dan bersemangat gitu lho..
senang ya kita belajar di sini, apalagi abis itu masih sempat nyoto dan ngebakso dulu sebelum naik hereta he.. he..
good luck mbak, tulisannya bagus banget
Main2 di Kampung Budaya kok seru gitu ya Mbak
BalasHapusAku masih jauh dari kata Travel Writer, fotrografer. Tapi ya berusaha buar bisa bikin konten yang kece
Para pakar konten traveling kumpul di acara ini, destinasinya seruuu banget! ya ampuuun, moga2 thn depan ada acara lagiiii
BalasHapus--bukanbocahbiasa(dot)com--
Whoa, berarti aku harus belajar cinta sama kamera hpku dulu deh sekarang. yg penting gimana ngambil angle dan cerita di dalamnya aja ya.
BalasHapusIni kampung sindang barang keren banget sih, bisa jadi kontenj semua :D
Ah iya aku jg pgn beli kamera yg cakep biar bisa menayangkan foto2 cakep di blog. Btw aku ikut seneng mbk amel dpt ilmu kece sesuai dg keinginan.
BalasHapusSeru banget bisa maen di Kampung Budaya seperti itu. Jadi bisa mengingat permainan daerah. Anak2 milenial harus banget dibawa ke sana ya. :)
BalasHapusBtw, aku belum pernah cobain kamera Fuji. Semoga kameranya bisa bermanfaat lebih lagi untuk membuat konten ya, mbak :)
Duh..sebenarnya.pengeeen banget bisa ikut acara keren ini. Tapi terkendala sesuatu hal. TFS ya mba..jadi terobati kecewa krn kegagalan itu dg membaca post ini..hehe..
BalasHapusKalau ke Sinbar ini harus rombongan ya, karena aku belum pernah, meskipun Sinbar ini nggak jauh sih dari rumah
BalasHapusMbak Amel, seneng ya bisa belajar banyak ilmu fotografi dan langsung praktek dengan objek foto yang kece kece begini. Ilmunya lengkap mbak. Makasih udah dibagi di postingan yaa
BalasHapusBaca ceritanya Kak Amel jadi ikutan bahagia juga nih karena bisa dapat ilmu keren tentang fotografi dan travel writer. Kesulitanku pun sama, susah kalau menceritakan tentang perjalanan yang sudah dilalui. Rasanya monoton gitu. Mungkin next kalau ada acara seperti ini lagi, pengen juga ikutan biar bisa belajar bikin konten traveling.
BalasHapusSetuju banget dengan quote mbak Raiyani. Suami saya sih yang sering ngomong gitu juga. Makanya dia kalau mau beli kamera, mikirnya bisa lama banget sebelum akhirnya memutuskan beli yang mana
BalasHapusAlhamdulillah perjuangan nggak sia2 ya, nggak sampai ditinggal. Baik bener panitianya. Aku termasuk yg suka nyalahin gadget kalau hasil fotoku nggak bagus. Heheee
BalasHapusAku pengin banget ikut workshop seperti ini. Udah berkali-kali ikut workshop tapi di kelas trua diterangin pakai slide. Praktik cuma sekilas. Udah gitu fiturnya manut kamera narsum wew. Semoga roadshow ke kotaku ya
BalasHapuswaaah ini seru banget nih bisa liat beberapa tarian traditional juga yaa , udah lama banget ga liat tari meraaak, silat juga kayanya udah lama, asik banget nih ikut workshop kaya gini
BalasHapusSetuju sih mbak, memang salah satu faktor yg terpenting itu man behind the gun. Belum lagi kalo fitonya bisa bercerita.. pasti puas lah yg njepret ya :)
BalasHapusWah acara seru asalnya saya mau daftar acara ini...seru sepertinya sayang wktnya bentrok.sgn acara lain..huhu..
BalasHapusIni tour budaya ya lebih mengenal Sindang Barang dari dekat, udah gitu dapat ilmu tentang fotographi juga, nyesel aku gak ikutan ih
BalasHapusYa Allah aku nyesel banget gak ikutan acara ini. Padahal pengen banget dan aku suka jalan ke perdesaan yang tradisional gini, Amel
BalasHapusDari dulu pengen ke sini tapi belum terwujud. PAs aada acara ini, mau datang tapi pas bentrok ama kerjaan. Seru banget tempatnya ya mba
BalasHapusSerasa di kampung sendiri melihat suasana dan permainannya. Iya, di kampung saya masih ada leuit, barudak ucing sumput, dlsb. Senang ya bisa mengenang masa kecil hehehe
BalasHapusSenengnya jalan2nya ke Sindang Barang, aku malah gak tau Kak, klo dsana ada budaya secakep itu. Thanks sharing tentang si kamera ya Ka, jd lebih paham tentang ISO, shutter speed n aperture
BalasHapusDari dulu tuh pengen ke Kampung Sindang Barang, tapi belum terwujud. Pas ada acara ini juga kemarin gak bisa daftar karena di rumah ada acara. Baca cerita Amel gini makin pengen kesana, kayaknya kalo nginap lebih asik yaa Mel
BalasHapusKalo soal hasil foto yang cetar membahana badai mah kamera fuji lah juara nya, hehehe, makanya aku suka pake kamera fuji ini, bismillah semoga bisa segera upgrade ke XT100
BalasHapusHarus meyakini ya kalau kamera yang kita miliki adalah yang terbaik sesuai ilmu yang dibagikan oleh Uni Ray. So far aku masih pake henpon aja nih, tapi nih henpon udah bantu aku banget utk melengkapi berbagai foto untuk postingan blog. Belum tergerak untuk punya kamera DSLR. Gaptek soalnya hihiiii...
BalasHapusBaca-baca catatan perjalanan teman-teman yang ke Sindang Barang bikin aku mupeng lhooo pengin ke sana.
kampungnya memang kereeen banget ya..banyak pilihan untuk bias menikmati kesenian tradisional Indonesia yang keren itu
BalasHapusTari merak merupakan tarian yang paling seru untuk dilihat mbak, waktu di Bogor aku sering banget ke Sindang Barang ini, cuma pertunjukkan yang full gini aku baru tahu mbak.
BalasHapusDuh iya deh, lihat yang oray-orayan itu, bikin jadi inget masa kecil. Dan rumah-ruma itu, bikin waraaas. :D
BalasHapusSungguh kaya budaya Indonesia yaa...
BalasHapusIni baru di Sindang Barang niih...padahal Jawa Barat lumayan luas juga kan yaa..
Adeeemm kalo liat budaya yang menyatu dengan keindahan.
Suka banget deh sama tempat wisata nuansa budaya begini.
BalasHapusBtw dulu pernah ikut workshop fotografi, narsumnya juga bilang hal yang sama, kamera yang terbaik adalah yang kita punya. Cukup bikin aku ngerasa pede meski cuma bawa kamera HP ����
Wow asik banget nih ikut workshop travel blogger dari para suhu. Mana lokasinya di kampung Wisata Sindang Barang pula. Pasti banyak obyek tulisan dan fotonya.
BalasHapusKangen main nang kene maneh wkwkwk
BalasHapussindangbarang penuh dengan kenangan. Bahagia banget banyak ilmu ikutan acara ini
Ini dia yang bikin aku envy karena Mba bisa ikutan event ini sementara aku belum bisa karena bakalan lahiran hehe
BalasHapusApalagi ketemu Mba Donna, huhuhu...
enak ini kalau liburan agak2 seminggu semedi menghilangkan diri dari hiruk-pikuk perkotaan
BalasHapusAku pernah ke sana sekelas tapi tanpa pertunjukan gitu. Tapi, mainan kayak egrang dan bakiak ada. Jadi, cocok buat leha-leha private.
BalasHapusWah ternyata masa kecilnya di Tasikmalaya ya Mel..berkesan banget ya..
BalasHapusSeneng banget sih bisa belajar budaya Tasikmalaya dari tulisan ini soalnya belum pernah menginjakkan kaki kesana
BalasHapus