"Yuk usaha baju trift, lumayan lho keuntungannya", celentingan seorang kawan. Beberapa tahun terakhir memang banyak sekali usaha baju trift yang dilakukan oleh para kawula muda, baju thrift atau bekas berasal dari Amerika, China, Jepang, Korea, dan beberapa negara lainnya. Baju-baju ini diimpor dalam jumlah yang begitu besar. Untuk memulai usahanya juga kita tidak bisa memilih satu-satu baju yang akan kita beli, beli dari pengepulnya itu biasanya yaitu dalam bentuk bal-balan gitu jadi istilahnya kita beli 1 paket bal dan isinya itu ya untung-untungan ada yang bagus atau ada yang memang reject, namanya juga baju bekas kan.
Sebenarnya tidak salah memang tapi saya kemudian berfikir, jika baju bekas yang tidak laku dibeli ini harus diapakan atau kemana kan? akhirnya akan menjadi sampah kan?. Lalu terlintas juga bahwa limbah fashion ini sungguh luas biasa banget kan? limbah ini bisa jadi penyumbang kesekian terhadap lingkungan.
Belum lagi fashion yang bisa dibilang style fashion luar, you know lah era globalisasi seperti sekarang ini berbagai budaya dari penjuru dunia bisa bebas masuk ke Indonesia apalagi didukung dunia digitalisasi dimana seluruh masyarakat bisa dengan mudah mengakses apa saja dan mungkin ada ketakutan tersendiri bagaimana anak muda terpengaruh dan meninggalkan budayanya sendiri, lalu gimana sih cara mengatasinya agar mereka tetap mencintai budayanya? and i know , saya dapat jawabanya saat saya menghadiri fashion Show 3 Generasi "Reinventing Heritage" beberapa waktu lalu.
USG Education melalui salah satu program pendidikan internasionalnya UIC College bekerjasama dengan HOPE (Gelang Harapan) selenggarakan Fashion Show 3 (three) Generations yang merupakan bagian dari serial UIC for HOPE Festival dengan tema Reinventing Heritage. Fashion show ini merupakan suatu gerakan yang bertujuan meneruskan tradisi mengangkat budaya Indonesia dan menjaga kesinambungan alam lintas generasi.
Pengenalan ini salah satu cara menstimulasi gairah generasi muda terhadap budaya nusantara dengan melestarikan kebudayaannya tersebut dan identitas bangsa. Nah melalui perhelatan ini juga diharapkan siswa-siswi dapat mengekspresikan dengan gaya mereka dan keunikannya dalam mengangkat nama Indonesia di dunia fashion serta mempersiapkan mereka menghadapi ekonomi kreatif pada pentas dunia. Nah sebelum membahas mengenai fashion show kita kenalan dulu dengan partner
Pada perhelatan ini hadir juga Wulan Guritno selaku salah satu founder HOPE 'Gelang Harapan' . “Gelang Harapan” adalah sebuah gerakan sosial yang dimulai oleh beberapa sahabat pada bulan Oktober 2014 sebagai bentuk kepedulian terhadap penyakit penyakit kanker. Gerakan ini dijalankan oleh Amanda Soekasah, Janna Soekasah Joesoef, Wulan Guritno & Tim.
Ide tentang Gerakan Gelang Harapan ini ternyata disambut oleh khalayak umum. Masyarakat yang bergabung dengan gerakan ini disebut sebagai Pejuang Harapan (Warrior of Hope). Sebagai langkah awal, Pejuang Harapan memfokuskan gerakannya untuk menyebarkan harapan kepada para pejuang kanker dan keluarga. Kali ini Gelang Harapan bekerja sama dengan Respon Cepat Badan Darurat Kemanusiaan (RC Badak) dalam usaha membantu pasien-pasien kanker dalam menjalani pengobatannya di rumah sakit.
Setelah 7 tahun berjalan gelang harapan tidak hanya berjalan dengan 3 orang dan begitu saja dan ingin menyebarkan harapan lebih luas lagi jangkauannya sehingga lebih banyak manfaatnya untuk orang banyak sehingga gelang harapan bekerjasama dengan wariors of Hope perpanjang tangan harapan dan cara itu lah HOPE untuk merekrut future Wariors of Hope. para siswi UIC ini bisa dibilang juga Wariors of Hope, pada acara ini juga hadir exibition Hope, merchandise atau produk HOPE yang dijual dan hasilnya akan disumbangkan ke HOPE.
Harapan Wulan Guritno untuk siswa UIC yang berpartisipasi adalah hidup adalah sebuah proses dan ini adalah mulai proses mereka untuk mencapai titik kehidupan. Siswi UIC ini tidak hanya pintar, dan kreatif tetapi juga berhati mulia karena karya mereka nanti akan disumbangkan ke HOPE.
Hadir pula Adhirama Gumay selaku Presiden Direktur USG Education, pak Adhirama sangat mengapresiasi hasil karya para Studen UIC yang sangat keren dan penuh makna. USG Education tetap dengan visi misinya yaitu kita tetap memberikan pendidikan berkualitas dunia di Indonesia dan tentunya anak-anak USG Education memiliki kesempatan untuk bisa melanjutkan study mereka setinggi-tingginya di Universitas ternama di luar negeri.
Selain dari sisi akademik USG Education juga memberikan skill dan edukasi yang diperlukan di industri yang ada juga self skill ditanamkan kepada pra siswa USG Education. Semua diberikan agar mereka memiliki satu proses yang mulus untuk melanjutkan study para siswa di Luar Negeri.
Peran USG Education dalam membentuk siswa untuk menjadi kreatif, dinamis dan inovatif di bidang fashion. Yups, saat ini fashion menjadi salah satu unggulan dalam industri kreatif dan memiliki potensi yang cukup besar di bidang itu , nah tema yang diusung hari ini yaitu "Reinventing Heritage" dimana menggabungkan budaya dan alam. Siswa USG mengangkat atau menggali potensi-potensi yang ada di Indonesia dan baru 4 daerah yang diangkat, nyatanya masih banyak sekali budaya-budaya yang masih belum di angkat.
Saya juga terpana sekali saat melihat hasil karya siswa UIC College of Fashion BSD mereka mengangkat fashion yang stylish banget plus terdapat budaya atau etnik didalamnya jadi benar-benar anak muda banget deh.
Fashion Show 3 (three) Generations mengedepankan budaya dan alam Perancang Busana dalam tema “Reinventing Heritage” terdiri dari desainer senior Ghea Panggabean yang telah 40 tahun berkarya dan senantiasa mengangkat tekstil dan budaya Indonesia dalam setiap rancangannya. Kemudian Ghea Resort by Amanda Janna yang senantiasa menyebarkan kesadaran mengenai alam dan budaya Indonesia, dengan tema Harimau Sumatra dan Suku Mentawai. Dan juga Rinda Salmun yang mengangkat tema “Sustainability” di dunia fashion, serta siswa UIC College of Fashion BSD Beverly Hanson, Jennifer Patrecia, Patrecia Saputra dan Graciella Violetta.
Ghea Panggabean senantiasa konsisten selama lebih dari 40 tahun mengangkat tekstil dan budaya Indonesia dan mengaplikasikannya ke dalam gaya fashion masa kini. Untuk acara UIC for Hope Festival kali ini Ghea mengangkat Kain Cual atau yang kerap disebut Tenun Cual, kain tenun tradisional khas Bangka Belitung. Dulu kain ini sering digunakan oleh kaum bangsawan keturunan Ence' Wan Abdul Haiyat di Kampung Petenon, pada abad ke-18.
Jujurly, senang banget akhirnya bisa menghadiri event offline lagi setelah sekian lama apalagi event kali ini tuh menajdikan saya jadi lebih cinta budaya Indonesia teruatama di bidang fashion. Yakin, melalui fashion kita bisa mengenalkan kulture dan melestarikan budaya Indonesia. Semoga saja event seperti ini sering dilaksanakan di berbagai daerah agar kawula muda juga mendapatkan inspirasi untuk berkreasi dan lebih mencintai budayanya sendiri.
Tidak ada komentar
Hallo, mohon tidak komentar dengan link hidup ya 😉