Pentingnya Peran Orangtua Untuk Tingkatkan Aspek Sosial Emosional Anak Pada Masa Transisi




 "Senang deh aku kalau masuk sekolah, soalnya ketemu teman terus bisa main juga ", ucap Kezia beberapa bulan lalu saat mulai masuk sekolah kembali.


Ya, Kezia dan Shakila itu bisa dibilang berbeda karakternya kalau Shakila introvert dan lebih nyaman sekolah online karena tidak terlalu banyak bertemu dengan ornag namun beda halnya dengan Kezia seorang extrovert yang mudah bergaul serta lebih suka keramaian atau bermain dengan temannya. Perbedaan karakter ini lah yang menjadi tantangan saya sebagai ibu bagaimana memberikan penjelasan dan agar mereka tetap nyaman menjalaninya. 


Saya sendiri Alhamdulillah dan benar-benar bersyukur banget dengan keadaan saat ini dibandingkan 2 tahun lalu yang sempat shock hadirnya pandemi dan mengubah segalanya mulai dari aktifitas, pendidikan dan secara financial juga banyak berdampak. Tidak sedikit juga watak anak juga agak sedikit berubah terutama Kezia, dimana anak yang ekstrovert kemudian harus di rumahsaja melakukan segala aktifitasnya, sangat terbatas berinteraksi dengan temannya jadi awal pandemi itu dia agak uring-uringan karena merasa bosan di rumah. pembatasan fisik dan sosial akibat pandemi menyebabkan masalah kesehatan yang mempengaruhi emosional, mental, dan perkembangan terutama pada anak.


Alhamdulillah ya saat ini kita sudah memasuki masa transisi dimana mulai kembali aktifitas sebelum pandemi. Saat ini memang anak-anak saya belum masuk sekolah offline full 1 minggu, setidaknya seminggu 3 kali itu masuk offline. Menghadapi masa transisi ini pastinya ada tantangan tersendiri dan tentunya tidak mudah bagi orang tua juga, dimana anak-anak juga saya harus bisa beradaptasi kembali. Yups Memasuki masa transisi dimana orangtua maupun anak mulai memiliki rutinitas baru dan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sosial menuntut adanya upaya adaptif.  Untuk menghadapi masa transisi ini tentunya ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dan bagaiamana menyikapi situasi seperti ini terutama untuk anak-anak. 


Beruntung sekali, beberapa hari lalu saya mendapatkan banyak insight positif dalam menyikapi masa transisi ini setelah mengikuti webinar #BicaraGizi bersama Nutrisi Untuk Bangsa. Yups Menyambut kehangatan Hari Keluarga Nasional yang jatuh pada tanggal 29 Juni, Danone Indonesia menyelenggarakan kegiatan webinar yang mengangkat tema Kiat Keluarga Indonesia Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi dengan menghadirkan pembicara dr. Irma Ardiana, MAPS Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH, dan Ibu Inspiratif Founder Joyful Parenting 101 Cici Desri. 





Telah hadir Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin mengatakan,
Kenapa anak penting? karena anak bagian penting dari keluarga dan keluarga adalah harta yang paling berharga untuk bangsa Indonesia. Tantangan tumbuh kembang pada masa transisi pada anak pada masa tumbuh kembang dan pola asuhnya juga penting? karena perkembangan faktor emosial memiliki peran penting dalam tumbuh kembangnya , perkembangan sosial, emosial pada anak akan membantu orang tua dalam menstimulasi perkembangan anak dan  memonitor tumbuh kembang mereka khususnya pada masa pasca pandemi atau masa transisi pada saat ini.


 “Momen transisi menjadi kesempatan baik untuk mengasah dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak, utamanya dalam perkembangan sosial emosionalnya. Anak usia dini pada dasarnya rentan karena mereka bergantung pada orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan paling dasarnya. Kami memahami bahwa anak membutuhkan lingkungan terdekatnya untuk merangsang dan memberikan kesempatan tumbuh kembang yang optimal.”Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin.


Arif menambahkan, “Sebagai perusahaan yang ramah keluarga, kami juga memberikan dukungan kepada para orangtua agar si Kecil dapat tumbuh optimal melalui pemberian cuti melahirkan bagi karyawan kami yakni cuti 6 bulan bagi ibu dan 10 hari bagi ayah. Kami juga secara aktif memberikan edukasi seputar kesehatan dan nutrisi untuk publik seperti halnya dalam Bicara Gizi hari ini. Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kolaborasi orangtua untuk dapat memberikan stimulus yang tepat agar mencapai keberhasilan dalam mengembangkan aspek sosial emosional anak.”


Seperti yang kita tahu juga terutama anak balita selama 2 tahun terakhir masa pandemi ini mereka lebih sering bersama keluarga di rumah, makan makanan nutrisi dan gizi yang disediakan di rumah juga dalam masa transisi mereka keluar dan pastinya akan banyak yang berubah, untuk itu kita harus tahu bagaimana caranya agar anak bisa beradaptasi masa transisi ini. 





Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Irma Ardiana, MAPS menerangkan solusi yang harus selalu dioptimalkan pihak keluarga agar mengoptimalisasi tumbuh kembang anak pada masa transisi,  peran kolaborasi anggota keluarga. Perlu diketahui bahwa gaya pengasuhan memengaruhi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak. Pengasuhan bersama menekankan komunikasi, negosiasi, kompromi, dan pendekatan inklusif untuk pengambilan keputusan dan pembagian peran keluarga.


Keluarga juga merupakan tempat pertama dan utama mulai dari dalam pendidikan anak dan juga untuk pengasuhan sehingga fungsi 8 konsep fungsi keluarga seperti fungsi reproduksi, fungsi keluarga, fungsi proteksi dll diharapkan para calon yang ingin berkeluarga tahu lebih dulu mengenai funsgi tersebut. Untuk orang tua juga harus tahu peran masing-masing, ibu perperan untuk sebagai apa, ayah juga berperan sebagai ayah semestinya. jadi peran keluarga ini penting mengoptimalkan peran keluarga itu sendiri dalam tumbuh kembang anak. 


Untuk pengembangan sosial dan emosional anak pada masa transisi itu berbeda, pola interaksi anak juga pasti berbeda, jadi perlu lakukan pola asuh kolaborasi antar keluarga. “Pengasuhan bersama antara ayah dan ibu menawarkan cinta, penerimaan, penghargaan, dorongan, dan bimbingan kepada anak-anak mereka. Peran orang tua yang tepat dalam memberikan dorongan, dukungan, nutrisi, dan akses ke aktivitas untuk membantu anak memenuhi milestone aspek perkembangan merupakan hal yang penting


Dalam konteks percepatan penurunan stunting, pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi sangat penting untuk memastikan kebutuhan nutrisi dan psiko-sosial sejak janin sampai dengan anak usia 23 bulan. Peran Tim Pendamping Keluarga menjadi krusial untuk mendampingi keluarga berisiko stunting dalam pemberian informasi pengasuhan di Bina Keluarga Balita. Pola asuh yang tepat dari orangtua dinilai mampu membentuk anak yang hebat dan berkualitas di masa depan.”



Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH menjelaskan “Bagi anak-anak, kebingungan menghadapi perubahan ruang dan rutinitas baru saat kembali menjalani kehidupan dan interaksi sosial dapat meningkatkan masalah sosial-emosional yang dampaknya bisa berbeda tergantung dengan usia anak dan dukungan dari lingkungannya. Gangguan perkembangan emosi dan sosial dapat mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan di masa dewasa, seperti gangguan kognitif, depresi, dan potensi penyakit tidak menular.” 





“Bagi anak-anak, kebingungan menghadapi perubahan ruang dan rutinitas baru saat kembali menjalani kehidupan dan interaksi sosial dapat meningkatkan masalah sosial-emosional yang dampaknya bisa berbeda tergantung dengan usia anak dan dukungan dari lingkungannya. Gangguan perkembangan emosi dan sosial dapat mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan di masa dewasa, seperti gangguan kognitif, depresi, dan potensi penyakit tidak menular.”

Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan tumbuh kembang anak seperti faktor genetik nutrisi dan lingkungan, semua saling berkaitan jadi agar anak tumbuh kembang optimal pada masa transisi ini ini perlu diperhatikan semua faktor tersebut. Pola asuh juga sangat penting di sini karena mempengaruhi emosial si anak juga yes. 


Pada webinar kali ini juga telah hadir ibu Inspiratif Founder Joyful Parenting 101 Cici Desri menceritakan pengalamannya saat mempersiapkan si Kecil menghadapi transisi untuk kembali berinteraksi dengan lingkungan sosial. “Setelah menjalani pembatasan sosial selama hampir dua tahun, saya melihat ada banyak tantangan yang dihadapi si Kecil untuk kembali bersosialisasi dengan dunia luar. Proses adaptasi pun tidak selalu berjalan dengan mudah, mulai dari kekagetan si Kecil yang bertemu dengan banyak orang baru, beraktivitas dan berinteraksi dengan banyak orang membuat si kecil kadang juga menjadi frustasi. Menghadapi hal tersebut, saya dan suami mengambil bagian dalam pengasuhan dan memperkuat keterlibatan dengan si Kecil terlebih pada fase transisi saat ini,” kisah Cici.

Cici menceritakan sebagai orangtua, ia dan suami, mendorong si Kecil untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan secara verbal sehingga mereka dapat mengetahui apa yang dirasakan si Kecil secara emosional. Selain itu ia juga menghubungi guru dan staf terkait lainnya di sekolah si Kecil untuk memantau cara si Kecil mengatasi dan mengikuti tugas atau kegiatan. Ia juga berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang untuk mengetahui lebih jauh upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang si Kecil.

Yups, ibu Cici ini jadi memberikan kesempatan pada anak mengungkapkan emosionalnya jadi anak juga lebih leluasa juga kali ya, untuk peran sebagai orang tua juga saya salut banget dengan Ibu Cici karena beliau kompak dengan suami mengenai pola asuh yang mereka jalani. Pola asuh kolaborasi ini memang idaman banget sih ya, namun mungkin beda halnya dengan para single parents dimana mereka memiliki peran double untuk mengasuh si Kecil. Mungkin balik lagi, setiap keluarga memiliki pola asuh yang berbeda karena keadaan masing-masing dalam keluarga tersebut namun yang pasti setiap keluarga memberikan pola asuh yang terbaik untuk seluruh anggota keluarganya termasuk anak-anak.

Bunda, masa transisi ini memang tidaklah mudah kita jalani tapi percayalah bahwa sejatinya kita adalah manusia yang secara perlahan tapi pasti mampu beradaptasi dengan keadaan. 



7 komentar

  1. Semoga ya kita jadi orangtua yang terbaik dalam tumbuh kembang anak dengan segala tantangannya saat ini

    BalasHapus
  2. Banyak yang harus dikejar pada masa transisi ini. Di mana dulu terbatas ruang gerak anak, kini mereka perlahan mengenal dunia luar dengan berbagai tantangan. Dampingan ortu mesti kompak supaya anak nggak merasa kebingungan.

    BalasHapus
  3. Bener nih kayaknya memang perlu banyak masukan. Agar lebih paham menghadapi tiap momen sama anak

    BalasHapus
  4. Sebagai orangtua kita butuh dan mesti belajar terus menerus utk membersamai anak, terima kasih buat rangkumannya yaa ;)

    BalasHapus
  5. Jadi orangtua memang harus siap segalanya, termasuk menghadapi masa transisi anak untungnya ada acara seperti ini jadi bisa banyak belajar

    BalasHapus
  6. Belajar terus untuk jadi orang tua yg baik buat anak2 nyaman bareng kita

    BalasHapus

Hallo, mohon tidak komentar dengan link hidup ya 😉