Perpisahan yang paling menyakitkan adalah pisah karena kematian, sangat menyakitkan apalagi ditinggalkan orang terkasih, luar biasa sakitnya. Memang benar, sejatinya kita hidup itu hanya ada 2 yaitu meninggalkan atau ditinggalkan dan itu semua sama-sama sakit. Saat ini sudah 2 orang terkasih dalam hidup saya meninggalkan saya untuk selamanya. Pada tahun 2000 mama meninggal saat saya masih kelas 6 SD, semenjak itu kehidupan saya berubah drastis dimana bisa dibilang menjadi ibu rumah tangga kecil karena saat itu adek saya masih kelas 2 SD jadi mau tidak mau saya mengurus rumah, adik dan kakak.
Saat mama meninggal dunia seakan runtuh, kami anak-anaknya bagai anak ayam yang kehilangan induknya, mau curhat juga tidak bisa karena memang tidak punya keluarga yang cukup dekat dan papa juga sibuk kerja, which is kami anak-anaknya harus survive dengan cara kita. Alhamdulillah semua bisa dilalui dan menjadikan kami anak-anaknya kuat dan makin tegar walau memang sampai saat ini kenangan pahit itu masih menyisakkan duka lara.
7 Agustus 2021, saya menghadapi kehilangan untuk kedua kalinya, dimana adik saya satu-satunya meninggal dunia. Ya, sebelumnya kami semua kena virus covid. Berawal dari ayah saya yang terkena virus covid masuk rumah sakit, kemudian disusul saya dan kedua anak saya, tiga hari kemudian qodarullah adik saya dan anaknya yang masih 1 tahun ikut masuk rumah sakit karena covid. Saat itu saya dan adik saya 1 ruangan kalau papa beda ruangan khusu laki-laki.
Kondisi saya tidak lebih baik karena memakai oksigen, saat itu adik saya lagi hamil dan tiba-tiba drop dan masuk ICU. Kondisi kami di Rumah sakit saat itu tidak bisa digambarkan lagi. Kondisi adik yang makin menurun mengharuskan melahirkan bayi yang dikandungnya, ya adik saya operasi caesar dan melahirkan anak yang prematur dan Alhamdulillah Khaulah, keponakan saya bisa survive hingga saat ini namun tidak dengan ibunya.
Ya, adik saya setelah melahirkan kondisinya memburuk dan koma. Saya dan papa menjenguk adik di ICU, sedih rasanya melihat dia tidak berdaya. Lantunan ayat suci terus saya dengarkan di kupingnya, tangisan anaknya yang baru lahir juga saya perdengarkan. Sata itu kondisi saya dan papa juga tidaklah baik dimana masih harus pakai oksigen. Qodarullah, satu hari setelah melahirkan adik saya meninggal. Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Tangis saya pecah saat melihatnya di ICU, papa yang nampak ikhlas namun tidak bisa menyembunyikan kesedihannya karena adik adalah anak bungsu kesayangannya. Dia anak yang paling baik, paling sholehah diantara semua anak-anak papa. Sedih bukan main, saya memikirkan anak-anaknya masih pada kecil tapi sudah ditinggal mama untuk selamanya.
Anak-anak alm. Syela |
Saat ini hampir 2 tahun alm. adik meninggal namun kesedihan masih sering muncul karena begitu banyak kenangan yang tidak mungkin hilang. Seminggu sekali saya dan papa selalu ke makam adik. Saya tahu betul setiap orang pasti pernah atau akan mengalami momen kehilangan seseorang yang dicintai. Tidak pernah ada orang yang siap ketika momen ini terjadi. Adanya rasa kesedihan mendalam tentu tidak terelakan.
Menurut Stroebe & Schut, beberapa gejala yang umum dirasakan orang yang mengalami kesedihan dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori berbeda: secara fisik ditandai dengan sulit tidur hingga kehilangan nafsu makan, kognitif seperti sulit fokus terhadap satu hal, emosional seperti rasa bersalah dan marah terhadap keadaan, interpersonal ditandai dengan menarik diri dari pergaulan, terakhir adalah perubahan gaya hidup dari keadaan sebelumnya.
Meski demikian, ada berbagai tips yang dapat dilakukan untuk dapat melewati kesedihan:
- Sadari bahwa kesedihan adalah hal yang normal
- Menangis itu perlu
- Bercerita pada keluarga atau orang terdekat
- Cari kegiatan yang disukai
- Ikhlas
Tidak ada komentar
Hallo, mohon tidak komentar dengan link hidup ya 😉