Membuat Konten Kebaikan Seperti Dua Sisi Mata Uang

 



"Semua serba dibuat konten, lagi kasih sumbangan aja dibuat konten, pahalanya hilang tuh!", celetukan yang rasanya tidak asing lagi untuk saat ini. Saya dan kamu pasti sering banget mendengar hal itu, menurut saya itu memang kebebasan mereka menilai dan berpendapat apapun yang mereka lihat, ada istilah kita tidak bisa membungkam mulut orang lain, kita hanya bisa menutup telinga kita untuk tidak mendengar apa yang membuat kita sakit hati. 

Untuk masalah konten kebaikan, memang ada plus minusnya tapi balik lagi dengan niat si pembuat konten itu sendiri. Saya sendiri jika melihat konten kebaikan itu senang aja gitu karena masih banyak orang lain yang melakukan kebaikan dan dengan apa yang mereka lakukan jadi inspirasi saya dalam berlomba-lomba berbuat kebaikan. 

Berbicara mengenai konten kebaikan yang di share di social media, saya ingin sharing mengenai konten kebaikan yang saya dan teman-teman saya lakukan. Agung Han, salah satu teman blogger saya di Kompasian, beliau gemar sekali melakukan kebaikan berbagi salah satunya jumat berkah, jadi ada beberapa sponsor atau sumbangan dari teman-teman yang ingin ikut berbagi itu dikumpulkan dan disalurkan kepada yang berhak. 



Beberapa kali saya dan mas Agung melakukan itu misalnya saja ke panti Asuhan, Alhamdulillah saat itu kita dapat donasi dari beberapa teman blogger juga sponsor. Biasa kami membawa sembako, makanan dan buah yang memang diperlukan bagi penghuni panti asuhan dan warga sekitar. Tidak hanya menyalurkan kebaikan dari teman-teman saja tapi disana kita banyak belajar banyak tentang kehidupan, tentang berbagi dan tentang bersyukur. Bagi saya sangat sederhana sekali, bisa melihat mereka atau orang lain bahagia itu sudah bahagia banget. 


Oh iya tidak hanya berbagi kebahagiaan saja kita disana juga berkeliling dan melihat anak-anak itu tinggal, sebenarnya agak miris karena ada dalam satu ruangan mereka akan tidur disana, lalu untuk fasilitas sendiri memang seadanya dan memang keberlangsungan mereka itu tergantung dari para donatur. 



Sebagai yang diberikan amanah oleh donatur tentunya kita harus menampilkan bukti bahwa harta yang mereka sisihkan itu sudah tersalurkan, untuk itu diperlukan sebuah dokumentasi. Jadi foto atau share tentang berikan sumbangan, share konten berbagi itu bukan maksud untuk riya atau pamer tapi untuk bukti dan secara tidak langsung bisa membuat yang melihat konten ini ikut melakukan hal yang sama. 

Semakin kesini rasanya makin banyak yang membuat konten berbagi gitu tapi ada yang perlu aku sampaikan ada beberapa etika dalam membuat konten berbagi sumbangan agar tidak menyinggung perasaan penerima. 

  • Sikap merendah atau tidak meninggi 
Adakalanya saat kita mengunjungi orang penerima santunan atau sumbangan itu memakai pakaian mewah dan terlalu gemerlap dengan berbagai perhiasan. Memang bebas berpakaian apa saja namun ingat jangan lah berlebih-lebihan jika akan memberikan sumbangan, pakailah pakaian biasa yang rapih dan bersih. untuk sikap juga jangan menunjukkan terlalu jumawa agar tidak menyinggung perasaan penerima. 

  • Jika ingin foto mohon blur atau kasih stiker pada wajahnya
Untuk memblur wajah penerima sumbangan ini cukup pro kontra dan bahkan ada yang sampai debat itu, sebenarnya sah-sah saja ya namun saya sendiri memilih untuk memberikan stiker untuk menutupi penerima sumbangan karena saya takut menyinggung penerima dan coba deh tanya ke hati kalian, apakah kalian mau foto kalian tersebar sebagai penerima sumbangan? gak kan? kenapa? karena malu jika orang lain tahu bahwa kita sebagai penerima sumbangan. 


Kenapa sih kalau memberikan sumbangan atau santunan ada etikanya? ketahuilah saya salah satu penerima santunan janda dimana setiap bulan Ramadhan itu saya harus ngantri menerima santunan. Sudah lebih 1 dasawarsa saya menerima santunan janda. Jujur ada rasa bahagia karena Alhamdulillah dapat rezeki namun ada rasa malu bercampur sedih dimana saya harus bawa kupon dan antri dengan puluhan orang penerima santunan. 


Dalam pemberian santunan kupon janda dan yatim ini sedih bukan main sih karena kita harus panas-panasan antri panjang demi menerima jatah santunan, kalau lagi antri saya selalu bergeming " Ya Allah, saya mohon cukupkanlah rezeki saya dan semoga saya tidak menerima santunan lagi tetapi saya jadi pemberi, jika jadi pemberi mohon tetapkan hati saya tidak menyakito orang-orang penerima santunan". 


Menurut saya dengan memberikan santunan yang antri panjang, lama dan panas-panasan ini adalah dzalim karena kasihan kepada mereka karena harus panas-panasan belum lagi malu karena di foto lalu ditempelkan untuk dokumentasi. FYI ini pandangan saya saja sebagai penerima santunan dimana saya merasakan itu semua, sedih, malu dan bersyukur menjadi satu. Disatu sisi kita butuh namun disisi lain kita harus menanggung malu. 


Drama antri santunan itu Alhamdulillah sudah tidak saya rasakan tahun ini karena santunan atau zakat fitrah itu dibagian ke rumah-rumah. Menurut saya lebih baik seperti ini dimana kita si pemberi itu menyalurkan ke tempat langsung, tanpa membuat susah atau malu si penerima santunan. 


Oke, semuanya kembali lagi kepada masing-masing personal ingin melakukan konten pemberian santunan atau kebaikan seperti apa, namun sebagai manusia kita tidak bisa menghakimi karena kembali lagi kepada niat masing-masing orang. membuat konten kebaikan memang seperti dua sisi mata uang namun balik lagi itu semua tergantung sudut pandang kita dan niat kita. Jika ada yang melakukan konten kebaikan atau sreg dengan hati kita, kita bisa banget untuk bantu share postingan tersebut atau menjadikan inspirasi kita, apalagi di zaman sekarang dimana kita dengan mudah membuat konten di berbagai platform sosial media karena sudah ada jaringan internet provider IndiHome dari Telkom Indonesia yang oke dan cepat. 



Tidak ada komentar

Hallo, mohon tidak komentar dengan link hidup ya 😉