Aksi Kecil Melindungi Bumi


 

"Zia, nanti gak papa ga ada mama disana?"

"Zia apa mama ikut aja ya, mama takut Zia nangis?"

Pertanyaan yang bisa dibilang hampir setiap hari selama seminggu sebelum keberangkatan Kezia yang mengikuti acara perpisahan di Puncak.


Kezia : " Duh gak usah mah, ga usah ikut, aku gak kenapa-kenapa kok. Aku dah gede ma, terus sayang uangnya kalau ikut mending buat sekolah aku sama teteh aja uangnya. Udah aku gak kenapa-kenapa kok".


Ya, itu sebagian drama saya dan Kezia antara ikut atau tidak ke Puncak. Sejujurnya ada rasa khawatir dimana saya tidak ikut Kezia ke Puncak karena selain bekerja harga 1 orang tua jika ikut itu lumayan sekali sih bagi saya. Namun setelah dipikir-pikir, kapan lagi ya kan menyaksikan perpisahan anak? akhirnya saya dan kaka beserta keluarganya menyusul ke sebuah Vila tempat perpisahan anak saya berlangsung. 


Kebetulan juga anaknya kakak yang juga keponakan saya itu sama-sama kelas 6 namun beda kelas jadi sekalian gitu. Seminggu sebelum keberangkatan akhirnya saya ajukan cuti 2 hari dan Alhamdulillah di approve. Selain kaka dan keluarganya, saya mengajak juga Shakila untuk menyusul Kezia karena Shakila juga sedang libur kan jadi tidak salah kita sekalian liburan bareng. 


Jujurly sudah lama banget aku tidak liburan sama anak-anak karena memang belum ada waktu, biaya liburn tentunya tidak sedikit bagi saya sebagai single income di keluarga. Dan percaya atau tidak, ini kali pertama Shakila dan Kezia ke Puncak, Cisarua Bogor. 


Jadi Kezia dan rombongan sekolahannya itu berangkat pagi, saya menyusul kesana itu sekitar jam 10an gitu lah. Kondisi saya saat itu tidak begitu fit, lagi flu berat tapi saya paksakan karena tidak mau ketinggalan momen perpisahan Kezia dan teman-temannya. Sepanjang perjalanan saya cukup mengusap dada karena lumayan macet ya, polusi itu cukup membuat saya mual. 


Untungnya perjalanan dari Bintaro ke Puncak itu 3 jam saja. Untuk menuju Vilanya kita harus melewati jalan kecil yang hanya cukup 1 mobil saja, jalannya pun naik turun dan cukup curam. Alhamdulillah ya cukup diobati dengan pemandangan masyaAllah banget dimana masih ada pohon-pohon dan terlihat gunung-gunung juga. Melihat pemandangan yang masih banyak pohon-pohon dan gunung gitu saya jadi ngebatin sendiri, "Enak ya di sini karena masih banyak pohon-pohon dan udaranya juga masih bersih, beda dengan di rumah dimana seperti sudah bersahabat banget dengan polusi dari kendaraan dan emisi karbon" 


Berharap banget suasana di Puncak yang banyak pepohonan dan udaranya yang masih bersih itu bisa bertahan lama dan bisa dinikmati anak cucu kita nanti. Namun tidak bisa dipungkiri kalau saat ini krisis  mitigasi iklim itu sudah tidak bisa dihindari. Dampak perubahan iklim sungguh nyata, ternyata udara puncak menurut penduduk asli itu malah udah agak panas dan tidak begitu dingin dibandingkan dulu, iya sih pasti terdampak juga ini semua karena masih banyak yang tidak aware tetang lingkungan dan krisis perubahan iklim. 


Sebenarnya kita bisa kok, menekan dampak perubahan iklim dengan melakukan hal-hal kecil dan dimulai dari diri sendiri. Ada beberapa hal kecil yang biasa saya lakukan dalam membantu menekan perubahan iklim, yaitu



  • Membawa Tumbler 
Membawa tumbler atau tempat minum adalah hal kecil yang bisa dilakukan oleh siapapun. Biasanya kemanapun saya selalu membawa tumbler dan anak-anak juga setiap ke sekolah saya biasakan juga mereka membawa bekal dan tumbler berisi air putih. Dengan membawa tumbler  menghindari membeli botol minum kemasan sekali pakai yang banyak dijual di warung-warung. Kamu hanya perlu minum dari botolmu yang bisa dipakai berulang kali. 

  • Naik Kendaraan Umum
Semenjak kerja, bisa dibilang saya lebih sering naik kendaraan umum selain memangkas waktu perjalanan naik kendaraan umum juga membantu mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan. Naik kendaraan umum seperti Commuter Line dan Trans Jakarta ini memang ada tantangannya sih selain padat dan berdesak-desakan kadang juga tidak tepat datang, tapi bisa dimaklumi lah ya. 

  • Menghabiskan Makanan 

Kalau orang dulu selalu bilang "Kalau makan jangan lupa habiskan, nanti nasinya nangis", ini pepatah yang sering kita dengar dan tau ga sih selain menghargai makanan dengan menghabiskan makanan kita bisa membantu bumi juga. Sedikit info bahwa Dari data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2020, sampah makanan mencapai 40 persen dari total sampah yang dihasilkan masyarakat di 199 kabupaten/kota. Fenomena food waste bagi lingkungan menyebabkan sebuah malapetaka pencemaran, terutama dalam pencemaran air dan emisi gas buang sehingga dapat menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global.




  • Membawa Tas Belanja atau Godiebag 
Saat ini beberapa supermarker atau mini market tidak menyediakan kantong plastik dan saya bersyukur banget sih karena hal ini mendorong masyarakat untuk mulai membawa kantong belanja sendiri saat belanja. Dengan hal ini kita bisa secara tidak langsung berkontribusi untuk melindungi bumi.

Yups, ini adalah hal kecil yang biasa saya lakukan untuk melindungi bumi dari kerusakan. Sebenarnya masih banyak hal yang bisa kita lakukan untuk melindungi bumi kamu bisa cek di website Team Up For Impact  https://teamupforimpact.org/  . Oh iya jangan lupa share hal kecil yang biasa kalian lakukan untuk melindungi bumi ya, caranya ikut challenge #BersamaBergerakberdaya dengan cara buat aksi video kecil kalian dalam berpartisipasi melindungi bumi dalam mitigasi perubahan iklim di Instagram, add colaborator @teamupforimpact dan jangan lupa sertakan hastag #TantanganEBS. 

Tidak ada komentar

Hallo, mohon tidak komentar dengan link hidup ya 😉