Bulan Ayu Wanita Inspiratif Yang Membantu Pembelajaran Anak Dyslexia Lewat Dyslexia Genius

 



"Kok ga ngerti-ngerti sih? Itu tadi yang dibaca apa? Ini huruf apa ? Coba ulangi lagi yang tadi!", Kalimat yang tidak asing didengar atau bahkan kita sendiri yang sering berucap ke anak kita saat mendampingi mereka belajar. Untuk mendampingi anak belajar beda dulu dan sekarang, kalau dulu saat usia 3 tahun lebih anak-anak saya sudha saya masukan sekolah agama atau sekolah ngaji. Disana anak-anak mengenal huruf , angka, tulisan arab, doa dan lainnya. 


Untuk proses pembelajarannya sendiri itu simple dan mudah dimengerti. Sebenarnya ada penyesalan tersendiri terlalu dini memasukan anak sekolah agama di umur segitu tetapi ya mungkin dulu saya sendiri belum begitu paham mengenai parenting dan ada rasa ketakutan tersendiri jika anak tertinggal tidak bisa mengikuti pelajaran saat nanti masuk Sekolah Dasar yang saat ini pelajarannya tuh beda daripada zaman kita dulu. 


Ketakutan itu mungkin bukan saya yang mengalaminya mungkin masih banyak orang tua yang memiliki ketakutan yang sama makanya tak  heran kalau banyak orang tua yang agak keras mengajarkan anak-anak mereka dalam belajar. Kalau anaknya kurang mengerti tak jarang para orang tua mengucapkan hal yang menyakitkan seperti keluarnya kata "bodoh" atau bahkan ada yang melibatkan fisik seperti mencubit anaknya, Astaghfirullah. 


Ini sebagai reminder untuk saya juga sih harus sabar memberikan pelajaran untuk anak-anak dan jujur saja masih banyak orang tua lebih banyak menuntut anak harus bisa ini itu dan harus cepat tanggap, pokoknya harus bisa tapi moms tahu ga sih ada hal yang mungkin tidak disadari oleh orang tua mengenai keadaan anaknya yang sulit untuk konsentrasi, susah menghafal huruf atau angka dll ini bisa jadi karena anak menderita Dyslexia. 


Dyslexia

Bulan Poerbo Ayu

Mengenai Dyslexia ini saya sendiri sekilas pernah dengar namun tidak begitu tahu, Alhamdulillah beberapa hari lalu ikut acara ngobrol bareng Bulan Poerbo Ayu, Program Director Dyslexia Genius, Kuala Lumpur. Mendengar kisah Bulan Ayu membuat mata saya lebih tebuka mengenai anak-anak spesial  Dyslexia. 


Tahun 2016 Bulan Ayu diberikan kepercayaan untuk membuka dan mengelola pusat Dyslexia sendiri yang diberi nama Dyslexia Genius. Dari sinilah awal mula penambahan nama Bulan Ayu menjadi Bulan Ayu Dyslexia dengan pusat pertama di Titiwangsa, Kuala Lumpur, Malaysia.

Kalau mendengar kata Dyslexia pasti orang tua akan merasa tidak bisa terima tau tidak mau terima yang kalau sekiranya anaknya bahwa seorang dyslexia, mereka menganggap bahwa anak mereka sesuatu yang sangat extrim padahal dyslexia sendiri tidak extrim, dia oke bagus dan jenius, anak dyslexia ini hanya ada masalah pada segi pembelajaran saja. Anak Dyslexia adalah anak-anak yang unik, anak normal, cerdas , pantas, yang sempurna seperti anak biasanya. 


Dyslexia adalah gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan, dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat.


Kategori Dyslexia : 

  • Disgraphsia masalah menulis dan menyalin, jadi kalau anaknya memiliki kesulitan menulis dan menyalin dari white board atau papan tulis, buku, meng copy tulisan maka anak tersebut dikategorikan Disgaphia. 
  • Dysphasia mengalami kesukaran memahami dan mengeluarkan perasaan dalam perkataan secara lisan dan menulis. Masalah dalam penggunaan bahasa. Jadi jika anak yang sulit mengungkapkan perasaan pada dirinya dan memiliki kesulitan mengungkapkan atau menulis perasaanya maka termasuk kategori Dysphasia.
  • Dyspraksia kalau melihat anak-anak yang lagi jalan tiba-tiba jatuh atau kesenggol apa, tiba-tiba lagi duduk, lagi pengang handphone atau apa tiba-tiba jatuh nah ini termasuk kriteria Dyspraksia.
  • Dyscalculia mengalami kesulitan memahami nomor dan bilangannya, masalah dari segi matematika. Jadi jika anak yang sulit memahami dari segi cara atau formula matematika ( rumus) misalnya saja anak-anak dikasih tahu 3+3 = berapa tapi mereka tidak tahu. Bagi kita yang terlihat simple mereka tidak tahu maka termasuk kategori Dyscalculia.

Ciri-Ciri Anak Dyslexia 
  • Anak kesulitan membaca, mengeja atau menulis dibandingkan anak seusianya.
  • Kesulitan mengingat nomor yang lebih dari satu angka.
  • Sulit mengikuti arah misalnya kanan ataupun kiri
  • Sulit mempelajari bahasa asing 
  • Lambat dalam menulis, tulisan acak-acakan, penulisan angka dan huruf terbalik.
  • Sulit membedakan huruf atau kata
  • Sulit konsentrasi dan menjadi hiperaktif.
  • Tidak mengalami kesulitan bicara namun sulit menemukan kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan orang lain. 

Yups, itu tadi adalah sedikit tentang #Dyslexia, meskipun ada ciri-cirinya anak seorang dyslexia agar lebih pasti atau untuk mendeteksi lebih tepat diperlukan screaning atau menjalani beberapa tes. Untuk mendeteksinya juga bisa lho mulai dari anak usia 5 tahun.


Jika anak terdeteksi Dyslexia maka harus cepat ditangani dan penangan sejak dini tentunya lebih baik  agar tahu harus bagaimana selanjutnya dan cara mengatasinya. Dyslexia adalah masalah pembelajaran, kita harus memilih teknik yang sesuai untuk memperkenalkan bacaan dan konsep mengira kepada anak-anak dyslexia. Dengan Teknik pembelajaran yang sesuai, kita dapat membantu anak-anak 
Dyslexia. 


Tidak perlu insecure jika anak terdeteksi Dyslexia banyak juga kok orang dyslexia yang sukses seperti Dedy Corbuzier dan anaknya Azka dimana terpilih menjadi murid terbaik di sekolahnya maka dari itu diperlukan penanganan yang tepat. 

Jaldeen Mohd Ali


Bulan Ayu  adalah Program Director di Dyslexia Genius, Kuala Lumpur. Beliau juga seorang Dyslexic atau penderita dyslexia mendirikan Dyslexia Genius. Program Director dari Yayasan Dyslexia Genius Sdn Bhd Malaysia,  mengenai penanganan Dyslexia. 

#BulanAyu juga dibantu oleh seorang Penemu Assesment Tools apakah seorang anak itu penderita Dyslexia atau bukan yaitu suaminya sendiri Jaldeen Mohd Ali. Ibu dari suami Bulan Ayu yang Bernama Sariah Amirin. Beliau sangat terkenal karena digelar Ibu Dyslexia di Malaysia.

Bulan Ayu mulai memperkenalkan program yang mertua dan suami  cipta yang diberi nama #SPTBidProgram, Sariah Program & Teknik Bimbingan Intensif Dyslexia yang telah mendapat pengiktirafan Kementerian Pendidikan Malaysia karena kerberkesanannya menangani dan membantu pembelajaran anak-anak Dyslexia.





Dyslexia Genius sendiri adalah sebuah pusat therapy pembelajaran untuk pelajar-pelajar yang menghadapi masalah yang berkaitan dengan kesukaran pembelajaran terutamanya dyslexia, dyscalculia, dysphasia, dyspraxia, dysgraphia, visual in perception, auditory, focusing dalam pembelajaran dan memori jangka pendek dalam pembelajaran. 


#DyslexiaGeniusSdnBhdMalaysia ada penanganan khusus terapi untuk umur 5 tahun, dipisahkan juga untuk anak-anak yang lambat dideteksinya misalnya sudah kelas 4 , kelas 5 dan itu dikategorikan anak-anak yang deteksinya terlambat. Ya, Dyslexia Genius ini melatih untuk anak-anak dyslexia agar kemampuan mereka sama seperti anak seumurnya, mereka yang terapi disana juga sudah bisa membaca dan memahami apa yang diajarkan, sudah bisa menulis dengan benar, sudah merasa tidak ketinggalan juga. 


Awal masuk terapi tahap awalnya  yaitu menjalani suatu assesment  pembelajaran agar diketahui detail masalahnya, misalnya diketahui kesulitan membaca nah nanti dikulik lebih dalam masalahnya kenapa tidak bisa membaca nah dari situ akan dikeluarkan sebuah laporan dilanjut cara menangani masalah tersebut. 

Anak Dyslexia itu IQ nya normal, mereka tidak bodoh lho mereka itu pintar yes karena dyslexia ini hanya masalah pembelajaran saja makanya harus mendapatkan penanganan yang tepat. Sebagai orang awam saya berharap banget awareness mengenai dyslexia ini banyak yang tahu dan paham. Tentunya saya berharap juga bahwa Bulan Ayu Dyslexia membuka tempat terapi juga di Indonesia. Untuk mengetahui lebih banyak tentang Bulan Ayu dan kegiatannya bisa lho baca-baca di website beliau di www.bulanayu-dyslexia.com



Oh ya, ada acara seru dan tentunya educatif banget nih bersama #BulanAyuDyslexia. Untuk acaranya sendiri mengambil tema "Mendeteksi penyebab penurunan capaian pembelajaran/ kognitif siswa dimasa Pandemi Covid-19" yang akan berlangsung Selasa, 23 Oktober 2021 . Yuk ikutan karena selain dapat ilmu akan ada doorprize smartphone juga lho 😉































9 komentar

  1. iya, pengalaman bulan ayu mengingatkan gw waktu kecil. Entah mngkn duluu banget gw termasuk dalam dislek, krn pas SMP dan SMP gw baru ngejar krn pindah ke sekolah yang bagus. Dulu sih, nyesek juga hahaha.. kalau cowok beda sih pengalihannya. Jadi jgn sampe ya ada yg kyk gini, utk cepat ditangani.

    BalasHapus
  2. Tulisannya lengkap sekali tentang disleksia ini dan ternyata bisa dideteksi mulai 5 tahun ya. Saya juga mengalami seperti mbak amel, usia 3 tahun sudah saya masukkan sekolah agama (paud) dan sempat khawatir kok belum bisa2. Ternyata di usia 4 tahun bisa mengikuti. Dari sini saya belajar lagi, tidak boleh membandingkan kemampuan anak satu dengan yang lain. Dan, jika sampai usia 5 tahun belum bisa2, ada baiknya mulai ikut tes untuk deteksi dini disleksia ataupun kemampuan kognitif lainnya.

    BalasHapus
  3. Justru Dyslexic atau penderita Dyslexia sangat mungkin di masa depan dapat menjadi anak jenius!

    Edukasi seperti ini membuka mata banget
    Karena banyak tokoh2 dunia yg disleksia juga, seperti Albert Einsten

    BalasHapus
  4. Iya, aku juga berharap banget awareness mengenai dyslexia ini banyak yang tahu dan paham. Biar para orangtua dan para pendidik enggak mudah memberikan label negatif ke anak yang mengalami masalah dyslexia ini. Dan semoga anak-anak ini akan semakin mendapatkan perhatian dan penanganan yang tepat, ya.

    BalasHapus
  5. Ahhh seandainya solusi ini sudah ada sejak dulh pasti saya salah satu yang menggunakan metodenya.
    Pasti lebih cepat berhasil penanganan disleksiaku dulu

    BalasHapus
  6. Yap mereka pinter, hanya butuh metode belajar yang tepat aja. Keponakanku dulu sering dikatain bodoh. Sampai akhirnya aku tau disleksia dari beberapa film dan buku yang kubaca, ikut seminar-seminar terkait juga. Akhirnya nyoba buat bantu ngubah metode belajarnya pelan-pelan. Alhamdulillah membaik, anaknya udah mau masuk SMA sekarang. :D

    BalasHapus
  7. Benar sekali ya..
    orangtua mana yang siap anaknya dikategorikan anak Dyslexia. Pasti shock dan sedih. Tapi semoga bersama Dyslexia Genius, para Ibu bisa saling menguatkan dan memberi dukugan untuk terus belajar menemani ananda.

    In syaa Allah akan ada kelebihan lain yang dimiliki ananda.

    BalasHapus
  8. Perihal pengetahuan akan disleksia di masyarakat pada umumnya masih perlu mendapatkan sosialisasi lagi perihal dislekasia,karena masih banyak anak2 yang sekiranya termasuk disleksia namun karena orang tua dan keluarga tidak paham dengan disleksia anaknya, jadi malah semakin membuat stres anaknya yang disleksia. Seharusnya pemerintah bisa mulai menggalakkan lagi sosialisasi disleksia di kalangan warga di tingkat rt rw, dan mungkin bisa menggunakan posyandu sebagai corong utama utk sosialisasi perihal disleksia

    BalasHapus
  9. Aq senang banget ada disleksia genius buat pembelajaran anak2 yang mengalami disleksia. Karena mereka butuh diperhatikan pendidikannya. Tentu cara penyampaian materi nya berbeda dg anak tanpa disleksia

    BalasHapus

Hallo, mohon tidak komentar dengan link hidup ya 😉