Dukung Pemerataan Pelayanan Kesehatan Bersama Nusantara Sehat



Profesi menjadi Dokter itu adalah sebagian dari mimpi anak-anakku.Shakila dan Kezia kalau di tanya cita-cita kamu kalau nanti sudah besar mau jadi apa? Pasti jawabanyan mau jadi dokter dan guru.Untuk alasannya mereka punya alasan yang berbeda-beda.Shakila memiliki alasan katanya jadi dokter itu bisa menolong orang sakit, jadi pertolongan Allah bisa lewat dari tangan dokter.


Kalau Kezia bercita-cita katanya kalau pagi aku jadi guru dan kalau sore aku jadi dokter hehe katanya sih biar punya uang yang banyak biar bisa rumah sakit sendiri dan nanti kalau ada orang-orang yang sakit yang tidak punya uang nanti bisa masuk ke rumah sakit aku hehe.Namun mereka semua memiliki harapan yang sama yaitu berharap tidak ada lagi orang yang sakit.




Keinginan mereka jadi dokter memang sungguh besar, mereka kalau di rumah main dengan peralatan dokter-dokteran dan kalau ke Kidzania pasti mereka mencoba menjadi profesi dokter gigi atau dokter anak.Kalau saya sebagai orang tua sih ya mendukung saja apa keinginan mereka, walau memang cukup sulit karena biaya masuk kedokteran itu terkenal mahal namun itu tidak alasan terhentinya cita-cita mereka.

Pernah suatu waktu saya memperlihatkan mereka di tayangan youtube tentang Dokter Lie Tek Bi yang merupakan seorang dokter sekaligus aktivis yang memiliki rumah sakit apung swasta pertama di Indonesia.Beliau dengan secara cuma-cuma memberikan pelayanan kesehatan di berbagai pelosok Indonesia yang sulit terjangkau.Setelah melihat tayangan itu anak-anakku merasa tergugah hatinya dan ingin  benar-benar menjdi seorang dokter.


Indonesia membutuhkan banyak sekali macam Dokter Lie yang mau membantu saudara kita di pelosok yang sulit ,mendapatkan akses kesehatan.
Berbicara mengenai masalah fasilitas kesehatan di Indonesia memang belum begitu adil karena banyaknya daerah terpencil yang masih minim mendapatkan haknya.Ketimpangan jumlah dokter yang ada di Kota dan di pelosok desa itu menjadi persoalan yang mesti kita pecahkan.Namun dengan adanya nusantara sehat ketimpangan maupun keadilan mengenai masalah kesehatan di pelosok desa perlahan mulai terurai.

Sebelumnya saya pernah berbicara mengenai apa itu Nusantara Sehat dan bisa di lihat  Mengenal lebih dekat nusantara sehat .
Sedikit saya ulas kembali mengenai program Nusantara Sehat.Nusantara Sehat merupakan upaya kesehatan terintegrasi mencangkup aspek preventif, promotif, dan kuratif melalui penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim dengan jumlah dan jenis tertentu guna meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DPTK) serta Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK).Di awal perkenalan saya dengan Nusantara Sehat itu saya hanya melihat melalui video dan foto para tim yang tergabung di Nusantara Sehat.



Nah,,beruntung sekali pada tanggal 19 Juli 2016 saya berkesempatan hadir di acara diskusi terbuka Nusantara Sehat bersama Kemenkes dengan tema Karier Dokter dan Dokter Gigi di Era Jaminan Kesehatan Nasional.Peserta yang hadir saat itu ada kalangan dokter dari Nusantara Sehat, Blogger, Dokter dan Mahasiswa kedokteran dari berbagai daerah di Indonesia.


Dari diskusi itu saya benar-benar dan bertemu langsung dengan Dokter Nusantara Sehat yang bernama dr.Mary Sabrina Purba asal Medan.
Di acara diskusi ini beliau menceritakan pengalamanya saat menjadi dokter Nusantara Sehat.




Saat mendaftar dan kemudian terpilih lalu menjalani berbagai tes yang akhirnya menjadi bagian dari dokter Nusantara Sehat beliau di sebuah distrik yang jaraknya sekitar 5km dari negara tetangga Papua Nugini.Di sana tidak ada sinyal, listrik, jalanan pun masih jauh dari layak.Namun karena memiliki rasa cinta terhadap Indonesia dan berjuang untuk negara beliau menjalaninya dengan ikhlas.


Ada berbagai pengalaman yang dia dapatkan disana mulai dari suka dan dukanya menjadi Dokter Nusantara Sehat.Untungnya karena sudah dibekali aneka tes dan kesiapan mentalnya Beliau beserta timnya mampu bertahan disana.Oya..perlu diketahui bahwa setelah mendaftar dan terpilih menjadi dokter NS itu kita tidak bisa memilih kita di tempatkan dimana.Beliau bercerita juga dokter Nusantara Sehat itu mendapatkan insentif 11,2 juta dan ini memang jauh dirata-rata umr tapi jangan salah ya dengan uang sebanyak itu tidak ada apa-apanya jika di daerah sana.Harga makanan yang berkali lipat dari di kota itu pasti ya.Tapi saya cukup beliau dan peserta NS lainya lebih memilih menjadi Dokter Nusantara Sehat dan memiliki jiwa membela negara.


Namum sangat disayangkan jika di bandingkan dengan di daerah perkotaan dan bahkan di DKI saja 1 puskesmas itu ada 40 dokter sedangkan di daerah terpencil itu sama sekali tidak ada dokter.Nusantara sehat inilah menjadi sekecil dari semua solusi pemerataan pelayanan kesehatan dari Kemenkes RI.Seperti kata ibu Menteri Kesehatan RI , Prof.dr. Nila Moeloek " Saat ini prasarana dan sarana di fokuskan di pelayanan kesehatan primer, fokus penambahan peralatan di regional dan nasional".

Kemenkes RI juga mengusahakan bahwa para dokter Nusantara Sehat setelah 2 tahun mengabdi mendapatkan beasiswa di bidang spesialis namun yang pasti harus melalui tes yang berlaku.Begitu pula dengan PNS, untuk menjadi PNS ini para dokter NS akan di usahakan juga namun sepertinya harus melalui tes juga.Saat ini dokter NS masih belum banyak yang melirik mungkin karena masih ragu atau masih memikirkan kariernya di Era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini.Namu  jika diseluruh lapisan masyarakat itu tumbuh rasa kecintaan terhadap Negara maka semua ragu itu perlahan hilang semoga saja.


Masalah kesehatan di Indonesia bukan hanya di titik beratkan kepada Kemenkes saja namun ini masalah kita semua.Perlahan namun pasti semua masalah akan terselesaikan jika Kemenkes beserta rencana memeratakan pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia dan kita dari berbagai profesi menumbuhkan rasa cinta terhadap negara dan memiliki rasa kepedulian antar sesama.





2 komentar

  1. Bermanfaat bgt ya mba acara kayak gini..Kita jadi dapat banyak info seputar kesehatan. Bagus euy..

    BalasHapus
  2. Mungkin sosialisasi yang berkesinambungan tentang kesehatan masyarakat, bisa menjembatani edukasi kesehatan ya.
    Mba Lia, salam kenal ya, hehe

    BalasHapus

Hallo, mohon tidak komentar dengan link hidup ya 😉